Soliton
Dalam matematika dan fisika, soliton
adalah gelombang soliter (sebuah paket gelombang atau pulsa) yang
mempertahankan bentuknya sementara ia menjalar pada kecepatan konstan; soliton
disebabkan oleh efek nonlinier dan efek
dispersif dalam medium. ("Efek dispersif merujuk pada hubungan dispersi,
hubungan antara frekuensi dan kecepatan gelombang dalam medium.) Soliton
ditemukan dalam banyak fenomena fisika, sebagaimana mereka muncul sebagai
solusi kelas yang lebar dari dispersif nonlinier lemah persamaan diferensial parsial yang
mendeskripsikan sistem fisis.
Soliton, secara matematis, adalah solusi persamaan
diferensial nonlinier, memiliki energi total berhingga, terlokalisasi dalam
ruang, bersifat stabil, tak menyebar. Profil sebaran rapat energinya menyerupai
"gundukan" yang terpusat dalam rentang ruang berhingga. Setiap
soliton dicirikan oleh sifat ketakubahan topologi yang menunjukkan sifat
kestabilannya.
Soliton adalah sebuah gelombang nonlinear yang memiliki sifat:
(1) terlokalisasi dan merambat tanpa perubahan bentuk maupun kecepatan,
(2) stabil melawan tumbukan dan mempertahankan identitasnya.
Sifat pertama merupakan kondisi gelombang soliter (solitary waves) yang dikenal dalam hidrodinamika sejak abad ke-19. Sifat yang kedua
berarti gelombang tersebut
memiliki kelakuan sebagai partikel.
Dalam fisika modern, akhiran “-on” biasa digunakan untuk menunjukkan kelas partikel [1], misalnya fonon dan
foton. Sifat soliton yang tampak
sebagai partikel memang menjadi
salah satu bahan yang menarik untuk
Sejarah Soliton
Fenomena soliton pertama kali dideskripsikan oleh John Scott Russell
(808-1882) yang mengamati gelombang soliter dalam Kanal Edinburg-Glasgow,
mereproduksi fenomena dalam tangki gelombang, dan menamainya "Gelombang Translasi" [1].
Pengamatan soliton yang pertama kali terdokumentasi dengan baik dilakukan
pada 1834 oleh ilmuwan
Skotlandia, John Scott- Russel
[2]. Ia mengamati gerak sebuah perahu dari kudanya di Kanal Edinburg-Glasgow. Ketika perahu tiba-tiba berhenti, timbullah gelombang air dengan sebuah puncak yang bergerak menjauh dari
perahu. Pergerakan
gelombang air tersebut kemudian diamati dan ditelusuri olehnya hingga sekitar 2 mil. Bentuk dan kecepatan gelombang
air itu nyaris tidak
berubah hingga akhirnya menghilang
dari pandangan karena masuk ke dalam terowongan air.
Dalam pengamatannya Russel
mengatakan:
Saya
yakin akan lebih baik memperkenalkan fenomena ini dengan mendeskripsikan
keadaan dari pengenalan pertama saya dengannya. Saya sedang mengamati gerak
kapal sepanjang kanal sempit yang ditarik dengan cepat oleh sepasang kuda,
ketika kapalnya tiba-tiba berhenti - tidak demikian halnya dengan massa air
pada kanal yang telah digerakkannya; gelombang itu berakumulasi mengelilingi
haluan kapal dalam keadaan golakan dahsyat, dan kemudian dengan tiba-tiba
meninggalkan haluan kapal, menjalar ke depan dengan kecepatan besar, dalam
bentuk gundukan air yang melanjutkan penjalarannya sepanjang kanal tanpa
mengalami perubahan bentuk atau pengurangan kecepatan. Saya mengikuti gelombang
itu di punggung kuda, dan setelah menyusuli, gelombang itu terus menjalar pada
laju sekitar delapan atau sembilan mil per jam, dengan tetap mempertahankan
bentuk awalnya, panjangnya sekitar tiga puluh kaki dan tingginya sekitar satu
setengah kaki. Tingginya secara berangsur menurun, dan setelah pengejaran satu
atau dua mil saya kehilangannya pada belokan kanal.
Russel juga melakukan beberapa percobaan laboratorium untuk
mereproduksi gelombang soliton ini, dalam suatu tangki gelombang, dengan cara
menjatuhkan sebuah benda pada salah satu ujung tangki. Ia mendeduksi secara
empiris, volume air di gelombang sama dengan volume air yang dipindahkan.
Sayang sekali, gejala atau fenomena gelombang soliton ini kemudian terlewat
tanpa penjelasan selama kurun waktu hidup Russel!
Dalam
bidang teknologi, soliton dimanfaatkan antara lain dalam bidang teknologi
informasi. Pelebaran sinyal sepanjang jalur transmisi memperoleh manfaat dari
penggunaan pulsa tak menyebar.
Pada tahun
1973, Akira Hasegawa dari Lab AT&T Bell menyarankan, soliton dapat berada
dalam fiber optik. Akira juga mengajukan ide tentang sistem transmisi berbasis
soliton untuk meningkatkan performa telekomunikasi optik. Pada tahun 1988, Linn Mollenauer beserta
timnya berhasil mentransmisikan pulsa soliton sejauh lebih dari 4.000 kilometer
dengan memanfaatkan fenomena yang disebut efek Raman untuk menyediakan bati optik
dalam fiber. Dinamakan efek Raman, sebagai penghargaan bagi ilmuwan India yang
pertama-tama mendeskripsikan efek tersebut pada tahun 1920-an. Dalam tahun 1991, Tim Riset Lab Bell
mentransmisikan soliton dengan kapasitas 2,5 gigabit sejauh lebih dari 14.000
kilometer, menggunakan penguat fiber optik erbium. Dalam tahun 1998, Thierry Georges beserta timnya pada France
Telecom R&D Center, mengkombinasikan soliton optik dengan panjang gelombang
berbeda, menunjukkan transmisi data sebesar 1 terabit per detik
(1.000.000.000.000 satuan informasi per detik). Dalam tahun 2001, Algety Telecom berhasil mendistribusikan
perangkat telekomunikasi submarine di Eropa dengan menggunakan gelombang
soliton.
Soliton pada air
Gelombang dapat muncul pada kondisi awal permukaan cairan yang tenang akibat
pengaruh beberapa gangguan
dari luar. Ada dua macam gelombang
yang utama pada permukaan air, yaitu gelombang gravitasi dan gelombang kapiler.
Jenis gelombang yang pertama memiliki panjang gelombang dari sekitar
setengah meter sampai beberapa
ratus meter yang dihasilkan dari aksi medan gravitasi g yang menjaga agar permukaan air tetap pada tingkat
terendah, sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 1. Gelombang-gelombang ini umumnya terjadi pada permukaan cairan, tetapi sifatnya sangat ditentukan oleh kedalaman.
Efek grafitasi terhaap permukaan
Jenis gelombang kedua, yaitu gelombang kapiler, merupakan riak-riak dari
panjang gelombang pendek
yang jelas, tidak lebih dari beberapa sentimeter. Gelombang tersebut dihasilkan dari tegangan permukaan T yang bekerja sebagai gaya pemulih dan
berfungsi untuk menjaga
permukaan tetap datar.Pengaruh tegangan permukaan ini mula-mula akan diabaikan dulu untuk memudahkan perhitungan, sebelum akhirnya
dimasukkan ke dalam persamaan
gelombang air sebagai sebuah
efek tambahan.
Tinjau gerakan gelombang pada permukaan air dengan udara di atasnya, dengan
medan gravitasi konstan g
yang berperan sebagai gaya pemulih yang dominan (efek dari tegangan permukaan diabaikan). Cairan diasumsikan dibatasi dari bawah oleh permukaan
horizontal yang keras dan
kedalaman air adalah h. Koordinat sistem dipilih sedemikian rupa sehingga sumbu-z vertikal ke atas dan bidang xy berimpit dengan permukaan fluida yang tenang. Vektor medan gravitasi dengan demikian dapat ditulis g =−g z . Pada permukaan atas yang bebas dapat
ditentukan
dengan
u merupakan koordinat z dari sebuah titik pada permukaan yang berkaitan dengan simpangan vertikal permukaan
tersebut. Permukaan pada
keadaan seimbang dianggap tidak
terganggu sehingga saat itu u=0 .
Beberapa asumsi lain yang digunakan adalah sebagai berkut: (1) air
bersifat tak termampatkan,
sehingga kerapatannya ρ dianggap konstan di seluruh volum,
(2) gaya gesek (viskositas)
dalam air diabaikan karena hanya efektif untuk pergerakan skala kecil. Dengan anggapan tersebut, persamaan yang digunakan untuk meninjau gelombang
gravitasi pada air adalah
persamaan Euler untuk aliran tak berotasi dari fluida tak termampatkan dengan permukaan bebas.
Gelombang grafitasi pada permukaan
θ pada rangkaian persamaan
di atas merupakan potensial
kecepatan yang dapat diperoleh dari mekanika
fluida [3]. Persamaan tersebut bersifat dispersif
akibat g dan nonlinear akibat sukusuku u xθx + u yθy dan
(θx2,θy2,θz2). Secara umum, kita akan mencari solusinya dengan memecahkan persamaan Laplace linear (2a) kemudian menerapkan syarat batas nonlinear (2b) dan (2c).
Soliton Optik
Indeks bias
merupakan suatu konstanta pembanding kecepatan cahaya di ruang hampa dengan
pada medium. Indeks bias bersifat spesifik, artinya untuk setiap panjang
gelombang memiliki laju yang berbeda pada suatu medium yang sama.
Cara kerja sistem fiber generasi
ke 6 adalah dengan
soliton. Soliton pada optik terbentuk akibat efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang
panjang gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu
bahan jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Serta sinar-sinar yang panjang gelombangnya
berbeda akan
merambat dengan laju yang sama di dalam suatu bahan jika memiliki
intensitas tertentu, sehingga terbentuklah gelombang soliter atau paket-paket
gelombang optik.
.
gelombang optik pada fiber
Soliton optik
merupakan paket gelombang cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda yang
merambat dengan kecepatan yang sama. Hal ini terjadi karena penggunaan
intensitas tertentu untuk setiap panjang gelombangnya, seperti ditunjukan pada
gambar ...
soliton optik
Efek keer pada fiber ini kemudian digunakan untuk
menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak akan melebar pada waktu
sampai di receiver.
pengaruh effek keer terhadap cahaya pada suatu medium
Dalam pembahasan
soliton sangat erat kaitannya dengan persamaan Non-linear Schrödinger yang dituliskan sebagai :
Dimana D menyatakan Operator
diferensial yang merupakan pengaruh dari faktor linear dan N menyatakan Operator
diferensial yang merupakan pengaruh Faktor Non-linear. Pada material non linear
effek kerr terjadi karena pengaruh indeks bias non-linear yang dapat dinyatakan
oleh persamaan dibawah.
Disini n0 merupakan
indeks bias linear dan n2 merupakan indeks bias non-linear yang
dipengaruhi oleh I yang merupakan intensitas sehingga jika merambat sejauh Δz maka pergesaran
fasa
Sehingga frekuensi sudut menjadi
Dalam material optik non-linear kita memiliki
operator D dan N, operator-operator ini untuk kasus optik adalah :
sehingga persamaan gelombangnya menjadi :
Sehingga didapat solusinya adalah
0 comments:
Post a Comment