Tuesday 20 May 2014

Published Tuesday, May 20, 2014 by with 0 comment

Langakah Kebangkitan Islam

Admin akan menyempurnakan dan memindahkan artikel pada blog ini  secara bertahap ke : 

Key Word : Ukhuah Islamiah, Kebangkitan, Islam, Jahiliah



Dalam satu riwayat, Rosulullah pernah menganalogikan kaum Muslim dengan kaum Muslimin lainnya, bagai sebuah bangunan, yang mana antara satu komponen dengan komponen yang lain saling menguatkan.

Sabda beliau, ”Al-Mukminu lilmukminin kalbunyaan yasyuddu ba’duhum ba’dhan.” (Mukmin yang satu dengan mukmin yang lainnya bagai satu bangunan yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya).

Layaknya satu bangunan, berasal dari aneka ragam material, tidak akan pernah sempurna berdiri tegak sebuah bangunan kalau bangunan tersebut hanya berasal satu jenis material saja.

Dan kalau kita cermati di antara material yang ada, memiliki karakter dan bentuk yang berbeda, tetapi perbedaan itu bisa dijadikan sebagai saling melengkapi dan saling menguatkan.

Tidak akan menjadi bangunan yang sempurna bila saja antara material yang ada; batu, bata, pasir, daun pintu, jendela, genteng, dll, ’berjalan’ sendiri-sendiri, dan tidak pernah ’ridho’ untuk menyatukan diri, menempati posisinya masing-masing, guna menjadi sebuah bangunan yang kuat, kokoh, elok, lagi memberikan kenyamanan bagi setiap orang yang berteduh di dalamnya.

Dan kalau kita cermati pada generasi awal, yaitu generasi Sahabat, karakteristik para sahabat beraneka ragam, dan pada masa jahiliyah banyak diantara mereka yang saling bermusuhan
dan kemudian mereka disatukan dalam satu panji ,yaitu

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ dan
مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Dalam kontek membangun peradaban Islam, persaudaraan menempati posisi yang sangat sentral dalam menyukseskan misi tersebut. Sepanjang sejarah, telah terbentang catatan, betapa persaudaraan yang kokoh antara kaum muslimin, telah menghasilkan kemenangan-kemenangan gemilang dalam pertempuran. Begitu pula sebaliknya, kekalahan demi kekalahan acap kali hinggap di pihak kaum muslimin, manakala tali persaudaraan antar mereka mengalami ’kelonggaran’. Dampaknya, mereka mudah dicerai-beraikan, diadudomba, dan kemudian dihancurkan oleh musuh-musuh Islam.

Semoga kita semua tidak hanya sekedar ingat dan menghafal ayat ini, tetapi memiliki keseriusan untuk melaksanakan perintah Allah ini :

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

[3:103] Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Jadi sikap apa yang hendak dipilih?

A. Seperti sikap jahilayah, yang terus menyibukan diri pada semangat ashobiyah dan permusuhan dengan kelompok lain.

Atau

B. Sikap orang orang yang tercerahkan oleh Islam, dengan semangat bersatu dengan berpegang tali Allah.

Pesan ini kami utamakan untuk mengingatkan diri sendiri, semoga juga bisa memberi manfaat bagi saudara saudara lainnya yang berkenan membaca dan merenungkannya.
    email this

0 comments:

Post a Comment